Dams (Bendungan)
Dalam tahap awal perencanaan proyek hydropower, survey seismk merupakan tahapan penting untuk mengoptimalkan rencana dan desain infrastruktur. Selain untuk memetakan subsurface dari calon lokasi bendungan, monitoring aktifitas seismik (seismisitas) di bendungan juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Adanya bendungan akan menyebabkan gangguan terhadap struktur geologi lokal dengan meningkatnya beban secara tiba2 ataupun terinjeksinya zona – zona lemah oleh aliran air bendungan, hal ini dapat mengaktivasi kembali struktur geologi yang sebelumnya telah ada atupun membentuk zona lemah baru. Oleh karena itu monitoring mikroseismik sangat dibutuhkan setidaknya dalam tiga tahap pembangunan yaitu pada saat perencanaan awal pembangunan untuk melihat aktivitas kegempaan lokal diawal yang akan menjadi standart keamanan, pada saat pengisian untuk melihat efek pembebanan secara tiba – tiba, dan yang terakhir adalah monitoring secara rutin ataupun berkala untuk melihat perkembangan aktivitas seismic lokal dilokasi.
Selain itu untuk bendungan yang telah dibangun, metoda geofisika secara teratur digunakan untuk inspeksi beton, memetakan rongga dan juga mengkaji kualitas konstruksi dan kondisi struktur.
Inspeksi interior bendungan dapat menjadi subjek sensitive ketika masalah telah teramati ataupun menjadi kenyataan diluar (subsidence, chanelling, alkali-granular reaction dll). Penggunaan berbagai teknik geofisika akan memungkinkan mengumpulan informasi dengan kualitas terbaik berhubungan dengan keadaan struktur. Data yang didapatkan dari geofisika tidak hanya akan menjadi pelengkap dari teknik konvensional pengeboran namun juga dapat secara terus menerus mengupdate situasi ataupun informasi dengan penelitian secara berkala.
Geofisik perairan (marine geophysics) dapat pula menyediakan bathymetry, mengetahui kondisi riprap, identifikasi ketebalan sedimen, dll menggunakan berbagai metode seperti ground penetrating radar, acoustic imaging, acoustic profiling, dll.